Selasa, 13 Mei 2014

Tentang peristiwa Mei 1998 dengan saat ini 2014

Mungkin banyak orang masa kini yang tidak mengingat tentang peristiwa itu. Mungkin beberapa dari kita masih balita saat peristiwa itu terjadi, seperti saya misalnya. Hanya saja banyak sekali buku buku yang bisa jadi pengingat atau pemberitau bagi kita tentang peristiwa tersebut. Contohnya buku karya bung andy berjudul Neraka Orde Baru. Atau tulisan tulisan di koram tempo, kompasiana, dan blog-blog relawan yang mengupas mengenai tragedi tersebut.
Mei 1998 adalah peristiwa perusuhan tanpa moral terbesar yang terjdi Indonesia tercinta ini. Dengan korban khusus : orang cina. Kenapa? Kenapa mereka?
Sejak jaman penjajahan belanda, sistem politik mereka yang terkenal adalah devide et impera. Memecah belah. Bangsa belanda sejak dahulu selalu memperlakukan bangsa seperti sampah. Mereka sedikit baik kepada yg kristen tetapi tetap saja mereka menganggapnya sampah dan tidak sederajat dengannya. Bahkan jikalau bisa jgn ada di antara mereka yang memeluk agama kristen. Penyebaran agama yg mereka pandang sangat tinggi dan berkelas ini pun sedikit sulit dilakukan di negara ini. Karena mereka menganggap hanya mereka yang pantas. Jelas" mencoreng agama kristen dengan keras. Mereka menjadikan agama sebagai sistem kasta , mungkin tdk benar" mengikuti ajarannya. Hanya untuk terlihat waw. ( saya sedikit keras, maaf). Okey kita kembali ke awal masalah. Jadi mereka sedikit lebih beradab dalam memperlakukan orang cina dan itu menimbulkan sikap antipati diantara orang pribumi terhadap orang cina. Sikap ininpun diturunkan kepada keturunannya dan semakin di perjelas di era Soeharto. Kerusuhan rasial bukanlah hal yang baru di Indonesia. Itu adalah masalah yang sangat mudah untuk dipicu apalagi di era Soeharto sistem yang berlaku adalah kekuasaan berada 1 tangan, di tangan org yang memiliki kekuasaan absolut yaitu dirinya. Berbeda berarti musuh. Betapa kuat ideologi Soeharto ini menelusup ke benak kita hingga saat ini tanpa kita sadari. Orang cina atau orang tionghoa adalah sosok yang pas untuk dijadikan sebagai kambing hitam dan pelampiasan emosi. Mereka minoritas, beragama kristen atau budha yang jg berarti minoritas, tidak ada pemimpin politik atau aparat yang beretnis cina dimana itu dekat dengan kata minoritas. Dan tak terlindung. Itulah sebabnya kenapa mereka jadi korban penjarahan dan pemerkosaan. Betapa tidak bermoralnya bangsa ini. Bangsa yang diklaim sebagai bangsa beragama tapi sanggup melakukan banyak hal yg tidak dapat dibenarkan oleh agama. Pada waktu itu negara dipimpin dan dilindungi oleh para jendral terkemuka yang memilih untuk diam pada saat peristiwa itu terjadi. Memilih untuk tidak mau tau. Bahkan setelah kejadian itu tidak ada acara permintaan maaf ataupun belasungkawa dari mereka. Tidak ada. Dan kini para jendral terhormat yang memilih diam pada saat masalah kekerasan HAM itu terjadi akan mencalonkan diri sebagai capres Indonesia. Akankan kita menolak lupa atau menolak tau? Persiapkan pilihanmu, kita jelas tidak menginginkan kejadian yang sama terulang lagi karena mungkin korbannya bukan lagi hanya orang tionghoa, mungkin korbannya adalah kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar